Penjelasan Hadits: “Setiap Manusia Berada Di Bawah Naungan Sedekahnya”
Diriwayatkan oleh Imam Ahmad dalam Musnad-nya (28/568),
عن يَزِيدَ بْنِ أَبِي حَبِيبٍ ، أَنَّ أَبَا الْخَيْرِ، حَدَّثَهُ، أَنَّهُ سَمِعَ عُقْبَةَ بْنَ عَامِرٍ، يَقُولُ: سَمِعْتُ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ: «كُلُّ امْرِئٍ فِي ظِلِّ صَدَقَتِهِ حَتَّى يُفْصَلَ بَيْنَ النَّاسِ – أَوْ قَالَ: يُحْكَمَ بَيْنَ النَّاسِ -» . قَالَ يَزِيدُ: ” وَكَانَ أَبُو الْخَيْرِ لَا يُخْطِئُهُ يَوْمٌ إِلَّا تَصَدَّقَ فِيهِ بِشَيْءٍ ، وَلَوْ كَعْكَةً، أَوْ بَصَلَةً ، أَوْ كَذَا “
Dari Yazid bin Abi Habib, bahwasanya Abul Khair menyampaikan hadits kepadanya, bahwa ia mendengar Uqbah bin ‘Amir berkata: Aku mendengar Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda: “Setiap manusia berada di bawah naungan sedekahnya (pada hari Kiamat) hingga diputuskan perkara di antara manusia, atau ia bersabda: “Sampai ditetapkan hukuman bagi para manusia”. Yazid berkata: ”Abul Khair (perawi hadits ini) tidak pernah melewati satu haripun kecuali ia pasti bersedekah dengan sesuatu, walaupun hanya sepotong kue atau bawang merah atau semisalnya”.
Hadits ini dishahihkan oleh Syaikh Syu’aib Al Arnauth dan Syaikh Ahmad Syakir dalam Takhrij Musnad Ahmad, dan juga oleh Syaikh Al Albani dalam Takhrij Ahadits Musykilatil Faqr (hal. 75).
Sabda Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam: “Setiap manusia berada di bawah naungan sedekahnya” ini terkait dengan kondisi di al mauqif (padang mahsyar). Ketika manusia dibangkitkan dari kubur mereka, sebelum dimulai hisab mereka. Ketika itu matahari mendekat kepada para hamba di al-mauqif. Sehingga mereka merasakan kesulitan yang besar ketika itu.
Dari Abu Hurairah radhiallahu’anhu, ia berkata: Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:
إِنَّ اللَّهَ يَجْمَعُ يَوْمَ القِيَامَةِ الأَوَّلِينَ وَالآخِرِينَ فِي صَعِيدٍ وَاحِدٍ، فَيُسْمِعُهُمُ الدَّاعِي وَيُنْفِذُهُمُ البَصَرُ، وَتَدْنُو الشَّمْسُ مِنْهُمْ، – فَذَكَرَ حَدِيثَ الشَّفَاعَةِ
“Allah akan mengumpulkan semua manusia dari yang pertama hingga yang terakhir pada satu tanah lapang. Suara seorang penyeru akan terdengar oleh semua orang, dan mereka akan terlihat oleh orang yang melihat, serta matahari akan mendekat kepada mereka”, kemudian beliau menyebutkan tentang syafa’at. (HR. Al Bukhari no. 3361, Muslim no.194).
Dari Sulaim bin ‘Amir: Al Miqdad bin Al Aswad radhiallahu’anhu telah menyampaikan hadits kepadaku, ia berkata: Aku mendengar Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:
تُدْنَى الشَّمْسُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ مِنَ الْخَلْقِ، حَتَّى تَكُونَ مِنْهُمْ كَمِقْدَارِ مِيلٍ – قَالَ سُلَيْمُ بْنُ عَامِرٍ: فَوَاللهِ! مَا أَدْرِي مَا يَعْنِي بِالْمِيلِ؟ أَمَسَافَةَ الْأَرْضِ، أَمِ الْمِيلَ الَّذِي تُكْتَحَلُ بِهِ الْعَيْنُ -» . قَالَ: « فَيَكُونُ النَّاسُ عَلَى قَدْرِ أَعْمَالِهِمْ فِي الْعَرَقِ، فَمِنْهُمْ مَنْ يَكُونُ إِلَى كَعْبَيْهِ، وَمِنْهُمْ مَنْ يَكُونُ إِلَى رُكْبَتَيْهِ، وَمِنْهُمْ مَنْ يَكُونُ إِلَى حَقْوَيْهِ، وَمِنْهُمْ مَنْ يُلْجِمُهُ الْعَرَقُ إِلْجَامًا. قَالَ: وَأَشَارَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِيَدِهِ إِلَى فِيهِ
“Pada hari kiamat, matahari di dekatkan kepada manusia hingga hanya berjarak satu mil saja”. Sulaim bin Amir berkata: Demi Allah, aku tidak tahu apakah yang dimaksud oleh beliau adalah mil yang merupakan satuan jarak ataukah mil kayu yang dipakai bercelak mata. Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda: “Lalu mereka berada dalam keringat mereka sendiri sesuai dengan amalan mereka. Di antara mereka ada yang berkeringat hingga setinggi tumitnya. Ada yang berkeringat hingga lututnya. Ada yang berkeringat hingga pinggang dan ada yang benar-benar tenggelam oleh keringatnya”. Al Miqdad berkata: “Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam menunjuk dengan tangannya ke mulut beliau”. (HR. Muslim no.2864).
Di tengah kesulitan yang besar tersebut, hanya orang-orang yang beriman dan beramal shalih lah yang selamat. Di antara mereka adalah orang-orang yang gemar bersedekah. Ketika itu mereka melihat bahwa pahala amalan sedekah mereka melindungi mereka dari panasnya hari itu. Al Mubarakfuri rahimahullah menjelaskan:
«كُلُّ امْرِئٍ فِي ظِلِّ صَدَقَتِهِ » . قال الأمير اليماني: كون الرجل في ظل صدقته: يحتمل الحقيقة ، وأنها تأتي أعيان الصدقة ، فتدفع عنه حر الشمس. أو المراد : في كنفها ، وحمايتها. انتهى. قلت: الحمل على الحقيقة هو المعتمد
“Sabda Nabi [Setiap manusia berada di bawah naungan sedekahnya], dijelaskan oleh Al Amir Al Yamani: Maksudnya seseorang dalam naungan sedekahnya adalah sebagaimana makna hakikinya, bahwa pahala sedekah akan datang kepada orang yang bersedekah dan akan melindunginya dari panasnya matahari. Sebagian ulama mengatakan: pahala sedekah akan melingkupinya atau membentenginya (dari panas). Dan menurut saya (Al Mubarakfuri), memaknainya dengan makna hakiki itu lebih utama” (Mir’atul Mafatih, 6/361).
Syekh Muhammad bin Shalih Al Utsaimin rahimahullah menjelaskan:
النبي صلى الله عليه وسلم أخبر أن كل امرئ في ظل صدقته يوم القيامة، فالناس تكون الشمس فوق رؤوسهم قدر ميل، وهؤلاء المتصدقون، وعلى رأس صدقاتهم الزكاة: يكونون في ظل صدقاتهم يوم القيامة
“Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam mengabarkan bahwa setiap orang berada dalam naungan sedekahnya pada hari kiamat. Maka, manusia akan berada di bawah panas matahari yang sangat dekat di atas kepala mereka. Sedangkan orang-orang yang bersedekah (terutama sedekah yang wajib, yaitu zakat) akan berada dalam naungan sedekah mereka pada hari kiamat” (Syarah Riyadhus Shalihin, 5 / 238).
Beliau rahimahullah juga menjelaskan:
( « فِي ظِلِّ صَدَقَتِهِ » ) … والصدقة قد تكون ظلًا، فإن الله سبحانه وتعالى قادر على أن يجعل المعاني أعيانًا، والأعيان معاني، فهذه الصدقة، وإن كانت عملا مضى ، وانقضى وهو فعل من أفعاله؛ لكن المتصدَّق به شيء محسوس، قد يؤتى به يوم القيامة بصفة شيء محسوس…. ففي هذا الحديث دليل على فضيلة الصدقة، وعلى أنها تكون يوم القيامة ظلا لصاحبها، وأنها تكون ظلا في جميع يوم القيامة، حتى يفصل بين الناس
“(‘dalam naungan sedekahnya’) … dan sedekah bisa menjadi naungan, karena Allah Subhanahu wa Ta’ala mampu menjadikan perkara yang abstrak menjadi konkret atau yang konkret menjadi abstrak. Maka sedekah ini, meskipun merupakan perbuatan yang telah dilakukan dan sudah berlalu, serta merupakan amalan dari pelakunya, namun sesuatu yang disedekahkan itu adalah sesuatu yang nyata, dan bisa hadir pada hari kiamat dalam bentuk yang dapat diindera…. Hadis ini menunjukkan keutamaan sedekah dan bahwa sedekah akan menjadi naungan bagi pelakunya pada hari kiamat, serta akan menjadi naungan sepanjang hari kiamat hingga Allah selesai memutuskan perkara untuk seluruh manusia” (Syarah Bulughul Maram, 3 / 102).
Sabda Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam: “hingga diputuskan di antara manusia – atau beliau berkata: hingga diadili di antara manusia” Artinya, hingga manusia dihisab atas amal perbuatan mereka, dan dipisahkan antara penghuni surga dan penghuni neraka. Pemisahan ini lebih luas daripada sekadar antara yang zalim dan yang terzalimi. Maksudnya, manusia akan dihisab atas amalan mereka, sampai dipisahkan antara orang-orang beriman dan orang-orang kafir, serta antara penghuni surga dan penghuni neraka. Oleh karena itu, hari kiamat disebut sebagai yaumul fashl (hari pemisahan), sebagaimana firman Allah Ta’ala:
إِنَّ يَوْمَ الْفَصْلِ مِيقَاتُهُمْ أَجْمَعِينَ
“Sesungguhnya hari keputusan adalah waktu yang dijanjikan bagi mereka semuanya.” (QS. Ad-Dukhan: 40).
Ibnu Katsir rahimahullah menjelaskan:
ثم قال: ( {إِنَّ يَوْمَ الْفَصْلِ } ) وهو يوم القيامة، يفصل الله فيه بين الخلائق، فيعذب الكافرين ويثيب المؤمنين
“Kemudian Allah berfirman (yang artinya) “Sesungguhnya hari keputusan (yaitu hari kiamat)”, ini adalah hari di mana Allah memisah-misahkan seluruh makhluk-Nya. Sehingga setelah itu Allah akan menyiksa orang-orang kafir, dan memberi ganjaran kebaikan kepada orang-orang beriman” (Tafsir Ibnu Katsir, 7/259).
Kesimpulannya, hadis ini berkaitan dengan ganjaran yang disegerakan bagi orang yang bersedekah di padang Mahsyar, sebelum manusia dihisab dan setiap orang digiring menuju tempat kembalinya.
@fawaid_kangaswad