QurHa.com

Akan Kubela Dia Baik Benar Atau Salah

1

Sikap seperti ini merupakan sikap ashabiyah jahiliyah. Yaitu membela person, membela suatu kaum, membela suatu golongan baik benar atau salah. Dari Watsilah bin Al Asqa’ radhiallahu’anhu, ia mengatakan:

سألْتُ رسولَ اللهِ صلَّى اللهُ عليه وسلَّمَ، فقلْتُ: يا رسولَ اللهِ، أَمِنَ العصَبيَّةِ أنْ يُحِبَّ الرَّجُلُ قَومَه؟ قال: لا، ولكنْ مِنَ العصَبيَّةِ أنْ يَنصُرَ الرَّجُلُ قَومَه على الظُّلْمِ

“Aku bertanya kepada Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam: “Wahai Rasulullah apakah termasuk ashabiyyah (fanatik buta) jika seseorang mencintai kaumnya?”. Nabi menjawab: “Tidak demikian, namun ashabiyyah itu jika dia membela kaumnya yang di atas kezaliman”” (HR. Ahmad no.16989, dihasankan Syu’aib Al Arnauth dalam Takhrij Al Musnad).

Sikap ini merupakan akhlak yang sangat tercela dalam Islam dan sangat berbahaya. Karena Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam menyebut sikap seperti ini sebagai perilaku Jahiliyah dan perilaku yang busuk.

Dari Jabir bin Abdillah radhiallahu’anhu, ia berkata:

– كنا في غزاة – قال سفيان مرة : في جيش – فكسع رجل من المهاجرين رجلا من الأنصار ، فقال الأنصاري : يا للأنصار ، وقال المهاجري : يا للمهاجرين ، فسمع ذاك رسول الله صلى الله عليه وسلم فقال : (ما بال دعوى جاهلية ) . قالوا : يا رسول الله ، كسع رجل من المهاجرين رجلا من الأنصار ، فقال : (دعوها فإنها منتنة)

“Suatu ketika di Gaza, (sebuah pasukan) ada seorang dari suku Muhajirin mendorong seorang lelaki dari suku Anshar. Orang Anshar tadi pun berteriak: ‘Wahai orang Anshar (ayo berpihak padaku).’ Orang muhajirin tersebut pun berteriak: ‘Wahai orang muhajirin (ayo berpihak padaku)’. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pun mendengar kejadian tersebut, beliau bersabda: ‘Pada diri kalian masih terdapat seruan-seruan Jahiliyyah.’ Mereka berkata: ‘Wahai Rasulullah, seorang muhajirin telah mendorong seorang dari suku Anshar.’ Beliau bersabda: ‘Tinggalkan sikap yang demikian karena yang demikian adalah perbuatan busuk.’” (HR. Al Bukhari no.4905).

Dalam hadits yang lain disebutkan bahwa orang yang mati dalam keadaan belum bertaubat dari sikap demikian, maka matinya jahiliyah.

Dari Jundub bin Abdillah radhiallahu’anhu, Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:

من قُتِلَ تحتَ رايةٍ عميّةٍ ، يدعو عصبيّةً ، أو ينصُر عصبيّةً ، فقتلةٌ جاهلية

“Barangsiapa yang mati di bawah bendera fanatik buta, ia mengajak pada ashabiyah (fanatik buta), atau membantu ashabiyah, maka ia mati secara Jahiliyyah” (HR. Muslim no. 1850).

Imam An Nawawi rahimahullah menjelaskan:

وَأَمَّا تَسْمِيَته صَلَّى اللَّه عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ذَلِكَ دَعْوَى الْجَاهِلِيَّة فَهُوَ كَرَاهَة مِنْهُ لِذَلِكَ

“Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam menyebutkan seruan yang ada dalam hadits sebagai seruan jahiliyah sebagai bentuk kebencian terhadap sikap tersebut” (Syarah Shahih Muslim, 2/33).

Demikian juga, membela orang yang jelas di atas kesalahan termasuk tolong menolong dalam dosa dan permusuhan. Padahal, Allah ta’ala berfirman:

وَتَعَاوَنُوا عَلَى الْبِرِّ وَالتَّقْوَىٰ وَلَا تَعَاوَنُوا عَلَى الْإِثْمِ وَالْعُدْوَانِ

“Saling tolong menolonglah dalam kebaikan dan ketaqwaan dan janganlah saling tolong menolong dalam dosa dan permusuhan” (QS. Al Maidah: 2).

Bahkan orang yang membela kesalahan, ia mendapatkan dosa yang sama seperti pelakunya walaupun ia tidak melakukannya.

Dari Al ‘Urs bin Amirah Al Kindi radhiallahu’anhu, bahwa Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:

إذا عُمِلَتِ الخطيئةُ في الأرضِ كان مَن شَهِدها فكَرِهها – وقال مرَّةً: أنكَرها – كمَن غاب عنها، ومَن غاب عنها فرَضِيها كان كمَنْ شَهِدها

“Jika diketahui ada suatu perbuatan dosa di suatu tempat, orang yang hadir di tempat tersebut namun ia membenci perbuatan dosa tadi (dalam riwayat lain: “namun ia mengingkari perbuatan dosa tadi”) ia sebagaimana orang yang tidak hadir di sana. Dan orang yang tidak hadir di tempat tersebut, namun meridhai perbuatan dosa tadi, maka ia sama seperti orang yang hadir di tempat tersebut” (HR. Abu Daud no. 4345, dihasankan Al Albani dalam Shahih Abu Daud).

Maka sikap yang seharusnya adalah, jika kaum kita atau orang yang kita sayangi berada di atas kebenaran, hendaknya kita bela. Namun jika mereka berada di atas kesalahan, hendaknya kita nasehati dan kita ingkari, bukan tetap membelanya. Dengan kita menasehati dan mengingkarinya, sejatinya kita berusaha untuk menolongnya.

Dari Anas bin Malik radhiallahu’anhu, Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:

انْصُرْ أَخَاكَ ظَالِمًا أَوْ مَظْلُومًا، قالوا: يا رَسُولَ اللَّهِ، هذا نَنْصُرُهُ مَظْلُومًا، فَكيفَ نَنْصُرُهُ ظَالِمًا؟ قالَ: تَأْخُذُ فَوْقَ يَدَيْهِ

“Tolonglah saudaramu yang zhalim dan yang dizhalimi”. Para sahabat bertanya: “Wahai Rasulullah, kami paham bahwa yang dizhalimi mesti ditolong, namun bagaimana menolong orang yang zhalim?”. Beliau bersabda: “Tariklah tangannya (dari berbuat kezhaliman)” (HR. Bukhari, 2444).

Semoga Allah ta’ala memberi taufik.

@fawaid_kangaswad

2

3

Daftar Isi | Kajian | Ustadz Yulian Purnama | Akan Kubela Dia Baik Benar Atau Salah

Mutiara Hari Ini

Abu Zubair Hawaary
Akan datang suatu hari kematian menjemputku, tinggallah segala apa yang telah kutulis. Oh andai saja setiap yang membacanya berdo’a untukku, agar Allah Ta’ala melimpahkan ampunan untukku, serta memaafkan kekurangan dan buruknya perbuatanku.
[al Jumu’ah/62 : 10]
“Apabila telah ditunaikan shalat, maka bertebaranlah kamu di muka bumi; dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu beruntung“.

Kontak

Ukhuwah, kritik, saran, masukan silakan hubungi:

Klik Di Sini