KEUTAMAAN BELAJAR ILMU FIQIH
Ustadz Ammi Nur Baits حَفِظَهُ الله تعالى
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيم
Keutamaan belajar ilmu agama telah diterangkan dalam Al Quran & Hadits Nabi ﷺ , diantaranya firman Allah سبحانه و تعالى dalam Surat Al-Mujadalah Ayat 11
يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوٓا۟ إِذَا قِيلَ لَكُمْ تَفَسَّحُوا۟ فِى ٱلْمَجَٰلِسِ فَٱفْسَحُوا۟ يَفْسَحِ ٱللَّهُ لَكُمْ ۖ وَإِذَا قِيلَ ٱنشُزُوا۟ فَٱنشُزُوا۟ يَرْفَعِ ٱللَّهُ ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ مِنكُمْ وَٱلَّذِينَ أُوتُوا۟ ٱلْعِلْمَ دَرَجَٰتٍ ۚ وَٱللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ خَبِيرٌ
Artinya Hai orang-orang beriman apabila dikatakan kepadamu Berlapang-lapanglah dalam majlis, maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan Berdirilah kamu, maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.
Kemudian hadits dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa Rasulullah ﷺ bersabda,
وَمَنْ سَلَكَ طَرِيقًا يَلْتَمِسُ فِيهِ عِلْمًا سَهَّلَ اللَّهُ لَهُ بِهِ طَرِيقًا إِلَى الْجَنَّةِ
“Siapa yang menempuh jalan untuk mencari ilmu, maka Allah akan mudahkan baginya jalan menuju surga.” (HR. Muslim, no. 2699)
Imam Ahmad bin Hambal rahimahullah mengatakan, “Tidak ada keutamaan yang setara dengan keutamaan ilmu (agama) bagi siapa saja yang niatnya benar”.
Murid-murid beliau bertanya, “lalu bagaimana caranya agar niat menjadi benar, wahai Abu Abdillah”
Beliau menjawab, “Dalam menuntut ilmu hendaknya seseorang meniatkan untuk menghilangkan kebodohan dari dirinya sendiri dan juga dari orang lain”.
Orang yang tawadhu di hadapan ilmu adalah orang yang siap menerima ilmu dan mengamalkan ilmu. Allah سبحانه و تعالى berfirman dalam Surat An-Nahl Ayat 78
وَٱللَّهُ أَخْرَجَكُم مِّنۢ بُطُونِ أُمَّهَٰتِكُمْ لَا تَعْلَمُونَ شَيْـًٔا وَجَعَلَ لَكُمُ ٱلسَّمْعَ وَٱلْأَبْصَٰرَ وَٱلْأَفْـِٔدَةَ ۙ لَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ
Artinya Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatupun, dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur.
Maka ilmu itu mulia, ulama itu mulia dan orang-orang yang menuntut ilmu mulia, dalam hadits dari Abu Ad-Darda’ radhiyallahu ‘anhu disebutkan, Rasulullah ﷺ bersabda,
وَإِنَّ الْمَلاَئِكَةَ لَتَضَعُ أَجْنِحَتَهَا رِضًا لِطَالِبِ الْعِلْمِ
“Sesungguhnya malaikat meletakkan sayapnya sebagai tanda ridha pada penuntut ilmu.” (HR. Abu Daud, no. 3641; Ibnu Majah, no. 223. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih).
Keutamaan ilmu fiqih, sesuai kaidah “Syaraful ilmi bi syarafil ma'lum” yakni keutamaan ilmu tergantung dari obyek yang dipelajarinya. Ilmu yang paling mulia adalah aqidah karena terkait keimanan, ilmu fiqih mulia karena terkait hukum Allah, ilmu hadits terkait hadits Nabi ﷺ, ilmu Al Quran terkait Al Quran.
Ilmu fiqih mempelajari apa yang menjadi hak dan kewajiban hamba, sehingga luas karena mencakup semua aspek kehidupan hamba. Allah menggunakan kata fiqih untuk orang yang paham
يَفْقَهُوا۟ قَوْلِى
Artinya Supaya mereka mengerti perkataanku, (QS Thaha Ayat 28)
Fiqhul akbar mencakup semua perkara hak dan kewajiban hamba, kemudian semakin mengerucut hanya pada perkara amaliyah saja, sehingga definisi ilmu fiqih menjadi ilmu tentang hukum syariat yang berkaitan dengan amal yang disimpulkan dari dalil yang spesifik. Ilmu fiqih disebut hukum syari karena bersumber dari Al Quran, Hadits, Ijma, dan Qiyas, sehingga untuk mendapatkan ilmu fiqih melalui proses belajar dan berijtihad. Ibarat pohon itu dalil sementara buahnya adalah hukum, maka yang bisa memetik buahnya adalah ulama mujtahid sehingga diperoleh hukum mubah, wajib, sunnah, makruh, haram. Hukum memetik buah atau hukum dari pohon (dalil) itu adalah fardhu kifayah sehingga harus ada orang yang belajar fiqih.
Wallahu'alam
Youtube ;httpswww.youtube.comwatchv=MYjEIqxYNHs
Facebook ; httpsfb.watchvLQh3lcPCn
#keutamaan #belajar #ilmu #fiqih #niat